Manajemen Keuangan


Pengertian Manajemen Piutang

Piuntang merupakan kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran – kelonggaran yang di berikan, biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit. Mengapa banyak perusahaan yang menjual barang hasil produksi dan / atau barang dagangan mereka secara kredit? Alasannya ialah karena penjualan secara kredit tersebut merupakan suatu upaya untuk meningkatkan ( atau untuk mencegah penurunan ) penjualan. Dengan penjualan yang meningkat, diharapkan agar keuntungan juga meningkat. Tetapi memiliki piutang menimbulkan berbagai biaya dalam perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu untuk melakukan analisis ekonomi yang bertujuan untuk mengetahui apakah manfaat memiliki piutang lebih besar atau lebih kecil dari pada biayanya.

Analisis Ekonomi Terhadap Piutang

Dalam analisis ekonomi selalu menyangkut tentang manfaat dan pengorbanan. Selama manfaat lebih besar dari pengorbanan, secara ekonomi dibenarkan. Dalam merencanakan kebijakan keuangan yang mempengaruhi piutang, perlu diidentifikasi manfaat dan pengorbanan karena keputusan tersebut. Berikut contoh untuk mengidentifikasi manfaat dan pengorbanan.

Penjualan Kredit Tanpa Diskon

Misalkan ada sebuah perusahaan dagang yang awalnya menjual barang barang dagangannya secara tunai dengan rata – rata penjualan setiap tahun Rp 800 juta. Perusahaan ingin berencana untuk menawarkan syarat penjualan n/60. Artinya pembeli bisa membayar pembeliannya pada hari ke 60. Dalam persyatan penjualan yang baru diperkirakan perusahaan dapat meningkatkan penjualan sebesar Rp 1.050 juta. Profit margin yang diperoleh sekitar 15%. Apakah perusahaan perlu beralih ke penjualan kredit, kalau biaya dana sebesar 16%?


Analisis Penjualan kredit tanpa diskon dengan penjualan tunai

Manfaat:
Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan,
= ( 1.050-800 ) x 15%                                                                               Rp 37,50 juta

Pengorbanan:
Perputaran piutang          = 360 hari/60 hari
                                        = 6 x dalam satu tahun
Rata – rata piutang         = Rp 1.050/6
                                        = Rp 175 juta
Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang tersebut,
                                        = 85 % x Rp 175 juta
                                        = Rp 148, 75 juta
Biaya dana yang harus ditanggung
Karena memiliki tambahan piutang
= Rp148, 75 juta x 0,16                                                                            Rp 23,80 juta
Tambahan manfaat bersih                                                                         Rp 13, 70 juta
Manfaat yang diperoleh karena menjual secara kredit adalah tambahan laba. Sedangkan pengorbanannya adalah tambahan biaya dana. Perhatikan bahwa biaya dana mungkin bersifat eksplisit ( artinya benar – benar dikeluarkan, seperti kalau kita membayar bunga karena menggunakan hutang ), tetapi mungkin juga bersifat implisit ( tidak benar – benar dikeluarkan, tetapi dana tersebut mempunyai opportunuty cost ). Opportunity cost menunjukkan manfaat yang hilang karena kita memilih satu alternatif.

Analisis tersebut menunjukkan bahwa manfaat lebih besar dari pengorbanan, sehingga diperoleh manfaat bersih yang positif. Ini berarti bahwa rencana untuk menjual secara kredit diharapkan memberikan hasil yang menguntungkan.

Analisis Penjualan Secara Kredit dengan Diskon

Cara seperti ini sering digunakan perusahaan dengan tujuan untuk mempercepat pembayaran, dengan demikian bisa ditekan keperluan dana akan tambahan piutang, meskipun biaya karena diberikannya diskon perlu diperhatikan. Seperti misalkan perusahaan menawarkan syarat penjualan, 2/20 net 60. Artinya apabila pembeli dapat melunasi pembeliannya pada hari ke 20 akan mendapat diskon sebesar 2%, tapi kalau melunasi hari ke 60 harus membayar penuh. Diperkirakan 50% akan memanfaatkan diskon, dan sisanya membayar pada hari ke 60.

Analisis penjualan kredit dengan diskon dibandingkan dengan tanpa diskon

Manfaat:
Rata – rata periode pembayaran piutang
= 0,5 (20) + 0,5 (60)                  = 40 hari
Perputaran piutang
= 360/40                                    = 8 x
Rata – rata piutang
= 1.050/8                                  = Rp 131,25 juta
Rata – rata dana yang diperlukan untuk membiayai piutang
= Rp 131,25 juta x 85%            = Rp 111,56 juta

Penurunan biaya dana
= ( Rp 148, 75 – Rp 111,56 ) x 16% =                                        Rp 5,95 juta

Pengorbanan :
Diskon yang diberikan,
= 2% x 50% x Rp 1.050                                                              Rp 10,50 juta


Manfaat bersih                                                                            ( Rp 4,55 juta )



Penjualan Kredit dengan kemungkinan piutang tidak terkumpul

Dari contoh – contoh yang diterangkan diatas asumsinya semua pembeli akan melunasi pembelian mereka. Padahal apabila perusahaan menggunakan kredit, bisa dimungkinkan bahwa sebagian piutang ada yang tidak tertagih. Misalkan dari penjualan dengan syarat n/60 tersebut diperkirakan 1% tidak terbayar.

Manfaat:
Tambahan keuntungan karena tambahan penjualan,
                                                      = ( 1.050-800 ) x 15% =                                     Rp 37,50 juta
Pengorbanan:
Perputaran piutang                          = Rp 1.050/6
Rata – rata piutang                          = Rp 175 juta

Dana yang diperlukan untuk membiayai piutang tersebut,
                                                      = Rp 148, 75 juta
Biaya dana yang ditanggung
Karena memiliki tambahan piutang
                                                        = Rp 148, 75 juta x 0,16      Rp 23,80 Juta
Kerugian karena penjualan tidak terbayar,
                                                        = 1 % x Rp 1,050  juta         Rp 10,50 juta
Total tambahan biaya                                                                                               Rp 34,30 juta
Tambahan manfaat bersih
                                                                                                                                 Rp 3,20 juta

Faktor – faktor lain
Penjualan yang brersifat musiman bisa diberikan potongan khusus pada waktu penjualan off, agar bisa meningkatkan penjualan. Perusahaan juga bisa membentuk bagian penagihan kredit agar jumlah kredit tidak macet, dan / atau periode pengumpulan piutang menjadi makin cepat. Apakah cara – cara tersebut bisa dibenarkan secara ekonomi, analisis yang perlu dilakukan tetap dengan membandingkan antara manfaat dan pengorbanan.
Misalkan perputaran piutang ternyata mencapai 4x dalam satu tahun, padahal persyaratan penjualan adalah n/60. Hal tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab.
1.      Pemberian kredit tidak dilakukan secara ketat sesuai dengan standart kredit. Dengan demikian, disamping menentukan syarat penjualan ( seperti n/60 ataupun 2/10/net60) perusahaan perlu menentukan standart kreditnya. Standar kredit menunjukkan siapa yang diizinkan membeli secara kredit. Mungkin standar kredit ditentukan sangat ketat (misalnya hanya untuk mereka yang berpenghasilan tetap dan angsuran kredit mencapai hanya 10% dari total penghasilan ) atau agak longgar. Semakin ketat standar kredit, semakin kecil kemungkinan piutang tidak tertagih,dan sebaliknya. Hanya saja apabila standart kredit semakin ketat, ( calon ) pembeli yang memenuhi persyaratan mungkin tidak banyaksehingga penjualan tidak setinggi yang diharapkan.
2.      Kegiatan bagian kredit tidak baik. Sering kasus – kasus macetnya piutang menunjukkan bahwa kemacetan tersebut disebabkan perusahaan tidak menagih piutangnya. Terlambatnya penagihan dapat disebabkan perusahaan tidak menagih piutangnya. Terlambatnya penagihan dapat disebabkan karena manajemen yang tidak baik ( seperti sistem pencatatan piutang yang tidak segera menunjukkan mana piutang yang harus ditagih), meskipun dapat pula karena pembeli yang “nakal”.
Misalkan sekarang bahwa penjualan kredit setiap tahun mencapai Rp 12.000 juta, maka piutang mencapai Rp 3.000 juta dan bukannya Rp 2.000 juta sebagaimana standar penjualan. Apabila profit margin adalah sebesar 10%, maka perusahaan memerlukan tambahan dana ( karena keterlambatan pengumpulan piutang ) sebesar,
0,90 ( Rp 3.000 – Rp 2.000 ) Rp 900 juta
Apabila biaya dana adalah sebesar 15%, maka kerugian karena tertundanya pengumpulan piutang adalah,
0,15 ( Rp 900 juta ) Rp 135 juta
Karena itu, apabila perusahaan dapat mempercapat pengumpulan piutang ( misalnya dengan menambah jumlah karyawan bagian penagihan ) kembali ke 6x perputaran dalam satu tahun,tetapi memerlukan biaya kurang dari Rp 135 juta dalam satu tahun, maka penambahan biaya tersebut dapat dibenarkan secara ekonomis.
Siapa yang diizinkan membeli secara kredit??
Apabila pembelian perorangan atau karyawan pabrik tidak semua dapat mendapat izin pembelian secara kredit begitu saja, harus ada angket- kuisoner tentang kekayaan yang dimiliki agar pihak pemberi kredit tidak khawatir. Dalam perusahaan juga demikian, tidak semua perusahaan bisa mengambil kredit, para pembeli kredit harus mempunyai informasi yang diperlukan biasanya menyangkut laporan keuangan ( plus informasi dari rekan bisnis, dan lain – lain). Sering bisa dibuat suatu model yang memisahkan ( to discriminate )

Misalkan kitamemperoleh data dari 15  perusahaan dengan debt to equity ratio ( DER ) dan return on equity ( ROE )
Perusahaan
DER
ROE
Status
1
110.00
20.00
Baik
2
80.00
17.00
Baik
3
75.00
19.00
Baik
4
84.00
17.50
Baik
5
93.00
21.00
Baik
6
87.00
15.20
Baik
7
95.00
14.50
Baik
8
67.00
14.00
Baik
9
85.00
13.00
Baik
10
82.00
11.00
Baik
11
169.00
-5.00
Buruk
12
200.00
-15.00
Buruk
13
180.00
0.00
Buruk
14
175.00
-12.00
Buruk
15
195.00
-8.00
Buruk

Dari tabel diatas perusahaan pemberi kredit dapat menilai, sehingga perusaaan yang membutuhkan kredit dengan status baik akan diberi kredit, dan sebaliknya yang memiliki status buruk tidak akan diberi kredit.
Analisis Terhadap Calon Pembeli
Setelah perusahaan mendapatkan calon pembeli secara kredit, perusahaan pembeli kredit akan dihadapkan dengan bahwa pembeli tersebut tidak membayar pembeliannya. Memang masalah tersebut bisa diselesaikan secara hukum, tetapi perusahaan pemberi kredit memikirkan juga biaya yang harus dikeluarkan untuk jalur hukum, maka dari itu perusahaan pemberi kredit melakukan analisis dengan menggunakna asumsi bahwa seandainya pembeli tidak melunasi pembelian mereka, jumlah yang dibeli tersebut dianggap hilang sebagai kerugian. Analisis ini memerlukan penerapan konsep statistik.
Misalkan seorang pembeli akan membeli dengan kredit suatu barang dengan hargaRp 100. Harga pokok barang tersebut Rp 80, dan diperkirakan probabilitas pembeli tersebut akan melunasi pembeliannya adalah 0,95.
Apabila permohonan tersebut ditolak, maka kerugian perusahaan sama dengan nol. Dengan demikian permohonan tersebut dapat dikabulkan hanya apabila diharapkan akan memberikan laba yang lebih besar dari nol ( expected profit > 0 )



Analisis expect profit
Expect Profit = Prob. Akan membayar ( harga – biaya ) –prob. Tidak membayar ( biaya )
                             = 0.95 ( 100-800 ) –0,05 ( 80 )
                             = 19 – 4
                             = 15
Karena profit positif, maka permohonan tersebut sebaiknya dikabulkan
Dengan demikian sejauh probabilitas pembeli akan membayar masih di atas 80%, maka permohonan tersebut sebaiknya dikabulkan. Cut-off probabilitas sebesar 80% tersebut diperoleh dari persamaan berikut ini. Pada saat expected profit sama dengan nol, maka kita berada dalam posisi indifference. Dengan demikian apabila probabilitas akan membayar diberi notasi p, maka
0 = p ( 100-800) – ( 1-p)(80)
 =20p – 80 + 80p
P = 0,80
Semakin besar p semakin besar dorongan agar permohonan tersebut dikabulkan. Dasar pemikiran yang sama dapat diterapkan untuk persoalan berikut ini. Misalkan data historis menunjukkan bahwa kelompok pembeli yang “baik” mempunyai rata – rata periode pengumpulan piutang 30 hari. Rata – rata biaya pengumpulan Rp 100 dan probabilitas piutang tidak terbayar hanya 0,02 ( atau 2 % ).
Permohonan pembelian kredit dikabulkan kalau biaya penerimaan lebih besar dari biaya penolakan. Biaya yang diharapkan dari masing – masing alternatif dapat dirumuskan sebagai berikut:
Biaya penerimaan = Prob.tidak membayar ( biaya variabel per unit ) unit yang dibeli + (tinggat keuntungan yang disyaratkan ) ( periode pengumpulan/360) ( biaya variabel per unit ) unit yang dibeli + biaya pengumpulan
Biaya penolakan = ( 1-Prob. Tidak terbayar ) ( laba marginal per unit ) unit yang dibeli.






Misalkan biaya variabel ( juga disebut sebagai biaya marginal ) sebesar Rp 1.800 per unit , dan laba marginal ( artinya tambahan laba yang diperoleh dari setiap tambahan satu unit penjualan ) Rp. 1.200 dan tingkat keuntungan yang disyaratkan sebesar 18% . Dengan demikian apabila X adalah unit yang dibeli, maka untuk kelompok “baik” biaya penerimaan dan penolakan yang diharapkan adalah,
Biaya penerimaan = 0,02 ( 1.800 X ) + 0,18 (30/360) 1.800X + 100
                                     = 36X + 27X + 100
                                     = 63X + 100
Biaya penolakan  = ( 1-0,02) 1.200 X
                                   = 1,176X
Apa arti persamaan – persamaan tersebut. Apabila calon pembeli yang dikelompokkan “baik” bermaksud membeli 3.000 unit, maka
Biaya penerimaan = 63 ( 3.000 ) + 100
                                 = 189.100
Biaya penolakan = 1.176 ( 3.000 )
                                 = 3.528.000
Dengan demikian apabila penerimaan tersebut ditolak, maka biaya penolkannya lebih besar daripada biaya penerimaannya. Karena itu seharusnya permohonan pembelian tersebut dikabulkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar