PENGARUH
TERJADINYA PRODUK YANG HILANG DALAM PROSES TERHADAP PERHITUNGAN HARGA POKOK
PRODUK PER SATUAN
Didalam
proses produksi, tidak semua produk yang diolah dapat menjadi produk yang baik
yang memenuhi standart yang telah ditentukan. Jika bahan baku yang diolah
selama periode tertentu berjumlah 1.000 liter, yang banyaknya dinyatakan dalam
unit ekuivalen sebanyak 500 satuan produk jadi, maka belum tentu hasil produksi
dalam periode tersebut dapat mencapai 500 satuan produk tersebut. Jika laporan
produksi menunjukkan bahwa produk selesai dalam periode tersebut berjumlah 300
satuan, dan persediaan produk dalam proses pada akhir periode berjumlah 100
satuan ( unit ekuivalen ), maka berarti didalam proses produksi selama periode
tersebut telah terjadi produk yang hilang dalam proses sebanyak 100 satuan.
Ditinjau
dari saat terjadinya, produk dapat hilang pada awal proses, sepanjang proses,
atau akhir proses. Untuk kepentingan perhitungan harga pokok produksi per
satuan, produk yang hilang sepanjang proses harus dapat ditentukan pada tingkat
penyelesaian berapa produk yang hilang tersebut terjadi. Atau untuk
menyederhanakan perhitungan harga pokok produksi persatuan, produk yang hilang
sepanjang proses diperlakukan sebagai produk yang hilang pada awal atau akhir
proses.
Pengaruh
Terjadinya Produk yang Hilang pada Awal Proses terhadap Perhitungan Harga Pokok
Produk per Satuan
Produk yang hilang di awal proses dianggap
belum ikut menyerap biaya produksi yang dikeluarkan dalam departemen yang
bersangkutan, sehingga tidak diikut sertakan dalam perhitungan – perhitungan
unit ekuivalensi produk yang dihasilkan dalam departemen tersebut.
Dalam
departemen produksi pertama, produk yang hilang pada awal proses mempunyai
akibat menaikkan harga pokok produksi per satuan. Dalam departemen setelah
departemen produksi pertama, produk yang hilang
pada awal proses mempunyai dua akibat :
1.
Menaikkan harga pokok
produksi per satuan produk yang diterima dari departemen produksi sebelumnya
2.
Menaikkan harga pokok
produksi persatuan yang ditambahkan dalam departemen produksi yang pertama
tersebut.
Contoh :
PT Selalu Indah
memiliki dua departemen produksi untuk menghasilkan produknya :
Departemen A dan
Departemen B. Data produksi dan biaya produksi kedua departemen tersebut untuk
bulan januari 2012.
Data
Produksi Departemen B bulan januari 2012
Departemen
A Depertemen B
Produk yang
dimasukkan dalam proses 1000
kg
Produk
selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg -
Produk selesai
yang di transfer digudang 400
kg
Produk dalam proses akhir bulan, dengan
tingkat
penyelesaian Sebagai berikut :
Biaya
bahan baku dan penolong 100% biaya konversi 40% 200
kg -
Biaya
bahan penolong 60%, biaya konversi 50% - 100 kg
Produk
yang hilang pada awal proses 100
kg 200 kg
Biaya Produksi Departemen A dan Departemen B bulan
januari 2012
Departemen
A Departemen B
Biaya
bahan baku Rp
22.500 Rp -
Biaya
bahan penolong 26.100 16.100
Biaya
tenaga kerja 35.100 22.500
Biaya overhead pabrik 46.800 24. 750
Jumlah biaya produksi Rp
130.500 Rp 63.350
Perhitungan
Biaya Produksi Per Unit Departemen A Bulan januari 2012
Jenis
Biaya
|
Jumlah
Produk yang Dihasilkan oleh Departemen A ( Unit ekuivalensi)
|
Biaya
Produksi Dept. A
|
Biaya
per kg Produk yang dihasilkan oleh Dept. A
|
( 1 )
|
( 2 )
|
( 2 ) : ( 1 )
|
|
Biaya
bahan baku
|
700 kg +
100% x 200 kg = 900 kg
|
Rp 22.500
|
Rp 25
|
Biaya
bahan penolong
|
700 kg +
100% x 200 kg = 900 kg
|
26.100
|
29
|
Biaya
tenaga kerja
|
700 kg
+ 40% x 200 kg = 780 kg
|
35.100
|
45
|
Biaya
overhead pabrik
|
700 kg
+ 40% x 200 kg = 780 kg
|
46.800
|
60
|
|
|
Rp 130.500
|
Rp 159
|
Karena
produk yang hilang adadi awal proses, maka produk tersebut tidak ikut menyerap
biaya produksi yang dikeluarkan oleh Departemen A. Akibatnya biaya produksi per
kg produk yang dihasilkan oleh Departemen A menjadi lebih tinggi. Seandainya
produk tersebut tidak hilang dalam proses dan menjadi produk yang baik, maka
unit ekuivalensi biaya bahan baku menjadi 1.000 kg ( 700 kg + 100% x 200 kg + 100 kg )
dan biaya bahan baku per kg adalah sebesar Rp 22,50 ( Rp 22.500 : 1.000 kg ).
Perhitungan Biaya Produksi
Departemen A bulan januari 2012
Harga
pokok produk selesai yang di transfer ke
Departemen B : 700 x Rp 159 Rp
111.300
Harga
pokok persediaan produk dalam proses akhir bulan ( 200 kg ) :
Biaya bahan baku 200 kg x 100% x Rp 25 = Rp 5.000
Biaya bahan penolong 200 kg x 100% x Rp 29 = 5.800
Biaya tenaga kerja 200 kg x 40% x Rp 45 = 3.600
Biaya overhead
pabrik 200 kg x 40% x Rp 60 = 4.800
19.200
Jumlah biaya produksi
Departemen A Rp
130.500
PT Selalu Indah
Laporan Biaya
Produksi Departemen A
Bualan Januari 2012
Data Produksi
Produk yang dimasukkan
dalam proses 1000
kg
Produk
selesai yang ditransfer ke Departemen B 700 kg
Produk
dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
Peneyelsaian;
biaya bahan baku dan penolong 100%,biaya konversi 40% 200
Produk
yang hilang pada awal proses 100
1000 kg
Biaya yang
Dibebankan dalam Departemen A :
Total Per kg
Biaya
bahan baku Rp 22.500 Rp
25
Biaya
bahan penolong 26.000 29
Biaya
tenaga kerja 35.100 45
Biaya overhead pabrik 46.800 60
Jumlah biaya produksi
Departemen A Rp
130.500 Rp 159
Perhitungan
Biaya
Harga
pokok produk selesai yang di transfer ke departemen B: 700xRp 159 Rp 111.300
Harga
pokok persediaan produk dalam prose pada akhir bulan ( 200kg ):
Biaya
bahan baku Rp
5.000
Biaya
bahan penolong 5.800
Biaya
tenaga kerja 3.600
Biaya overhead pabrik 4.800
19.200
Jumlah biaya produksi Departemen
A Rp
130.500
Produk
yang Hilang pada Awal Proses di Departemen setelah Departemen Pertama
Produk
yang hilang pada awal proses, yang terjadi di departemen setelah departemen
produksi pertama mempunyai dua akibat :
1. Harga
pokok per satuan produk yang berasal dari departemen sebelumnya
2. Harga
pokok produksi per satuan yang ditambahkan dalam departemen dimana produk yang
hilang tersebut terjadi
Karna
harga pokok produksi di departemen setelah departemen pertama dihitung secara
komulatif, maka terjadinya produk yang hilang di departemen B sebanyak 200kg
tersebut, mengakibatkan kenaikan harga pokok produksi per satuan produk yang
berasal dari departemen A. Harga pokok produksi selesai yang berasal dari
departemen A sebesar Rp 111.300 yang semula dipikul oleh 700kg produk, dengan adanya
produk yang hilang pada awal proses di departemen B sebanyak 200 kg, harga
pokok produksi tersebut hanya dipikul oleh jumlah produk yang lebih sedikit.
Perhitungan
penyesuaian Harga Pokok Per Unit dari Departemen A
Harga pokok produksi per satuan
produk yang berasal dari Departemen A
Rp 111.300 : 700 Rp
159,00
Harga pokok produksi persatuan
produk yang berasal dari Departemen A setelah
adanya produk yang hilang dalam
proses di Departemen B sebanyak 200kg
adalah
Rp 111.300 : (700kg – 200 kg ) 222,60
Penyesuaian
harga pokok produksi per satuan produk yang berasal dari Departemen A Rp
63,60
Perhitungan Biaya Produksi Per
Unit Departemen B Bulan Januari 2012
Jenis
Biaya
|
Jumlah
Produk yang Dihasilkan oleh Departemen B ( Unit ekuivalensi)
|
Biaya
Produksi Dept. B
|
Biaya
per kg Produk yang dihasilkan oleh Dept. B
|
( 1 )
|
( 2 )
|
( 2 ) : ( 1 )
|
|
Biaya
bahan penolong
|
400 kg +
60% x 100 kg = 460 kg
|
Rp 16.100
|
Rp 35
|
Biaya
tenaga kerja
|
400 kg +
50% x 100 kg = 450 kg
|
22.500
|
50
|
Biaya
overhead pabrik
|
400 kg +
50% x 100 kg = 450 kg
|
24. 750
|
55
|
|
|
Rp 63.350
|
Rp 140
|
Perhitungan
Biaya Produksi Departemen B Bulan Januari 2012
Harga pokok produk selesai yang
ditransfer
Ke gudang 400kg @ Rp 362,60 Rp
145.040
Harga pokok persediaan produk
dalam proses akhir bulan ( 100kg ):
Harga pokok dari Departemen A : 100 kg x Rp 222,60 Rp 22.260
Biaya bahan baku: 100 kg x 60% x Rp 35 2.100
Biaya tenaga kerja: 100 kg x 50% x Rp 50 2.500
Biaya overhead
pabrik: 100 kg x 50% x Rp 55 2.
750
29.610
Jumlah
komulatif dalam Dept. B Rp
174.650
PT Selalu Indah
Laporan Biaya
Produksi Departemen B
Bualan Januari 2012
Data Produksi
Jumlah produk yang diterima dari
Departemen A 700 kg
Jumlah
produk selesai yang di transfer ke gudang 400 kg
Jumlah produk
dalam proses akhir bulan, dengan tingkat
Peneyelsaian;
biaya bahan baku dan penolong 60%,biaya konversi 50% 100
Jumlah produk
yang hilang pada awal proses 200
700 kg
Biaya yang
Dibebankan dalam Departemen B :
Total Per kg
Harga
pokok yang diterima dari Departemen A Rp
111.300 Rp159,00
Penyesuaian
harga pokok per satuan karena adanya produk yang hilang
Dalam
proses 63,60
Biaya
yang ditambahkan dalam Departemen B:
Biaya
bahan penolong Rp 16.100 Rp
35,00
Biaya
tenaga kerja 22.500 50,00
Biaya overhead pabrik 24. 750 55,00
Jumlah biaya yang ditambahkan dalam
Departemen B Rp
63.350 Rp 140,00
Jumlah biaya produksi komulatif dalam
Departemen B Rp
174.650 Rp 362,00
Perhitungan
Biaya
Harga
pokok produk selesai yang di transfer ke gudang: 400xRp 362,60 Rp
145.040
Harga
pokok persediaan produk dalam prose pada akhir bulan ( 100kg ):
Harga
pokok produk dari Departemen A: 100kg x Rp 222,60 Rp 22.260
Harga
pokok yang ditambahkan dalam Departemen B:
Biaya
bahan penolong 2.100
Biaya
tenaga kerja 2.500
Biaya overhead pabrik 2. 750
29.610
Jumlah biaya produksi komulatif dalam
Departemen B Rp
174.650
Tidak ada komentar:
Posting Komentar